Selasa, 12 September 2017

Ini Alat Canggih Untuk Keluarkan Batu Empedu Tanpa Operasi Besar

Batu empedu adalah batuan kecil yang berasal dari kolesterol, dan terbentuk di saluran empedu manusia. Dalam kebanyakan kasus, perhitungan ini tidak akan menimbulkan gejala apapun. Namun, terkadang batu ini akan menutupi ujung empedu sehingga akan menimbulkan rasa sakit yang mendadak yang cukup besar. Rasa sakit ini disebut sakit kolik, dan bisa berlangsung berjam-jam.

Meski berbahaya, masalah empedu di daerah saluran pencernaan manusia sering diremehkan. Padahal, batu empedu sudah dibungkam terlalu lama, berbahaya bagi kesehatan sehat itu aku, bahkan memicu kanker gastrointestinal.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam RSCM, Jakarta, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD-KGEH, batu empedu memiliki insidensi yang cenderung meningkat di Indonesia. Sayangnya, kasus batu empedu sering ditangani melalui operasi besar.

"Perangkat endoskopik standar memiliki kamera untuk melihat saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah, namun seringkali tidak bisa sampai ke daerah tersebut untuk melihat batu empedu, jadi pasien harus menjalani operasi besar," kata Ari, Senin 11 September 2017.

Dia mencatat bahwa alat canggih yang disebut endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan endoscopic ultrasound (EUS) telah mulai hadir di negara ini untuk meminimalkan pembedahan pada pasien dengan batu empedu. Padahal, alat tersebut bisa mencapai batu empedu untuk bisa dieliminasi, tanpa harus menjalani proses pembedahan.

"ERCP dan EUS sudah dimulai di rumah sakit, dengan keuntungan mencapai batu empedu lebih banyak dan membawanya secara langsung tanpa operasi (tergantung lokasi batu).

Dengan resiko insisi minimal, Ari menekankan pentingnya alat baru ini untuk pembentukan peralatan medis. Selain itu, alat ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan tumor pankreas.

"Di masa lalu, pasien dengan tumor pankreas, terdeteksi dengan pemindai CT dan harus dioperasi untuk memastikan adanya tumor, jika alat ini bisa menjadi satu-satunya biopsi. Untuk itu, kami bekerja sama dengan ahli endoskopi di Jepang untuk memberikan pelatihan untuk 5 hari dengan dokter di negara yang terkait dengan alat ini, "jelasnya.

Rabu, 23 Agustus 2017

Selebriti Tanah Air Kampanyekan Bahaya Kanker Serviks

Bahaya kanker serviks bisa mengintai wanita manapun. Sayangnya, kesadaran akan ancaman kanker serviks yang merenggut nyawa Julia Perez tetap rendah.

Padahal, menurut data Globocan pada 2012, setiap hari ada 26 wanita Indonesia yang meninggal karena kanker serviks. Mereka juga memprediksi, 58 kasus baru muncul setiap hari.

Oleh karena itu, Koalisi Indonesia untuk Mencegah Kanker Serviks (KICKS) menyebutkan duta besar untuk kanker serviks dengan harapan bisa menjadi mahal dan corat mulut untuk membantu mendidik dan mensosialisasikan tentang kanker serviks di jaringan sosial. Pendidikan dan sosialisasi ini merupakan bagian dari kampanye publik #CegahKankerServiks.

"KICKS, kami, pendiri kanker di seluruh Indonesia (bahaya dan juga pencegahan kanker serviks) dapat menjadi Bersosialisasi, "kata Salah satu pemrakarsa KICKS dan Presiden Konferensi Umum Onkologi dan Ginekologi Indonesia, Andrijono saat jumpa pers di Jakarta Pusat.

KICKS membawa seniman Wulan Guritno, pasangan artis Ruben Onsu dan Sarwendah, aktris Prilly Latuconsina, Dewi Sandra dan finalis Puteri Indonesia 2017 sebagai duta untuk kanker serviks.

Prilly Latuconsina, yang hadir, mengatakan bahwa dia bahagia dan bersyukur menjadi duta untuk kanker serviks. Menurutnya, banyak remaja seusianya mengesampingkan penyakitnya.

"Jadi duta besar, mungkin Anda ingat, enggak bisa mudah sakit, hanya tahu apakah Anda bisa mencegah (dengan) deteksi dini dan vaksin," katanya.

Sementara itu, Ruben mengatakan bahwa kekhawatiran tentang kanker serviks tidak hanya berasal dari wanita, pria juga harus memperhatikan.

"Perhatian Baseball hanya dilakukan oleh wanita, tapi juga pria, lebih baik dicegah. Siapa yang sudah punya istri, dukungan suami itu penting. Jika belum menikah, Anda bisa mendukung keluarga atau teman dekat Anda," Kata bapak Thalia Putri Onsu ini.

Sementara itu, carakuhidupsehat.com direktur Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta mengatakan Venita, alasan di balik pemilihan nama selebriti ini adalah mereka mampu mewakili beberapa segmen usia. Wulan mewakili segmen ibu, Prilly dari segmen usia remaja, sedangkan pasangan Ruben-Sarwendah mewakili keluarga muda.

"Segmen mereka berbeda (jadi) semua bidang kehidupan memiliki pemahaman yang baik, itu adalah angka positif, wajah positif, saya yakin mereka bisa berkampanye dengan baik," katanya.

Semuanya berawal dari dirimu sendiri

Sebagai duta untuk kanker serviks, selebriti ini harus berkampanye pada kanker serviks. Wulan menyadari bahwa ini benar-benar harus dimulai dari diri sendiri. Ini juga menginfeksi kesadaran akan bahaya kanker serviks pada keluarga dan anak perempuan mereka, Syaloom Syach Razadee.

"Apa jenis injeksi serviks (uplift) dalam sejarah Instagram Apa itu vaksin serviks, pentingnya mengapa," kata Wulan.

Sejalan dengan Wulan, Sarwendah juga sempat membuat suntikan kanker dua kali sebelum menikah. Meski terpaksa berhenti karena mengandung bayi, ia kembali melakukan suntikan antikanker setelah melahirkan.

"Ini penting, tapi itu berbahaya, mengapa tidak mencegah kanker lebih awal, dari usia sembilan tahun, kita bisa menyuntikkan vaksin, lebih aman daripada minta maaf," katanya.